Makalah
ini disusun guna memenuhi tugas kelompok
Mata Kuliah : Al-Qur’an
Dosen pengampu : Siti
Khusniyah Sururiyah,M.Pd

Disusun oleh :
1.
Pariyati
2.
Ratih
Handayani
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL
ULUMA
PURWOREJO
2015
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Hakikat-hakikat
yang tinggi makna tujuannya akan lebih menarik jika dituangkan dalam kerangka
ucapan yang baik dan mendekatkan kepada pemahaman, melalui analogi dengan sesuatu yang telah
diketahui secara yakin. Tamsil (membuat permisalan, perumpamaan) merupakan
kerangka yang dapat menampilkan makna-makna dalam bentuk yang hidup dan mantap
didalam pikiran, dengan cara menyerupakan sesuatu yang ghoib dengan yang hadir, yang abstrak
menjadi yang konkrit, dan dengan menganalogikan sesuatu dalam hal yang serupa.
Betapa banyak makna yang baik, dijadikan lebih baik, menarik dan mempesona oleh
tamsil. Karena itulah makna tamsil lebih dapat mendorong jiwa untuk
menerima makna yang dimaksudkan dan membuat akal merasa puas dengannya. Dan tamsil
adalah salah satu uslub Qur’an dalam menungkapkan berbagai penjelasan dan
segi-segi kemukjizatannya.
Para ulama’ membahas secara khusus mengenai
perumpamaan-perumpamaan dalam Al Qur’an, diantaranya Abul Hasan al-mawardi,
as-Suyuti dan ibnul Qayyin. Bila kita meneliti amsal dalam Al Qur’an yang
mengandung penyerupaan sesuatu dengan hal lainnya dan penyamaan antara keduanya
dalam hokum, maka amsal demikian mencapai jumlah lebih dari empat puluh buah.
Bahwa di antara ayat-ayat
al-qur’an ada yang mengandung amtsal adalah suatu kenyataan yang tak dapat
dibantah;bahkan al-qur’an sendiri secara tegas menyatakan dalam berbagai
ayatnya antara lain;
“(Dan perumpamaan-perumpamaan itu dibuat-Nya untuk manusia supaya mereka berfikir).”Qs.al-Hashr [59] : 21
(29): 43; وَتِلْكَ
اْلأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلاَّ اْلعَالِمُوْنَ
“(Dan perumpamaan- perumpamaan
itu kami buat untuk manusia:dan tidak ada yang memahaminya kecuali orang tang
berilmu.”Qs.al-‘Ankabut[29]:43
وَلَقَدْ ضَرَبْنَا
لِلنَّاسِ فِى هَذَا اْلقُرْآنِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُوْنَ
“(Dan sesungguhnya Kami telah
membuatkan bagi manusia di dalam al Qur`an ini setiap macam perumpamaan supaya
mereka mendapat pelajaran).” Qs. az
Zumar [39] : 27.
Selain
al-Qur`an, hadis Nabi juga menegaskan bahwa di dalam al-Qur`an ada amsal
seperti diriwayatkan oleh al-Tirmidzi dari Ali r.a
Sesungguhnya Allah telah menurunkan
al-Qur`an sebagai perintah, larangan, tradisi yang telah lalu dan perumpaan
yang dibuat.
Pada
makalah ini kami akan mengetengahkan tentang amsal al-Qur’an dalam menyampaikan
pesan-pesan, nasehat, ajaran dan akhlak kepada manusia.
B. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah
mengenai Amsal al-Qur’an ini adalah untuk menjelaskan hal-hal yang berkaitan
dengan ilmu amsal sehingga menambah pemahaman terhadap kandungan al-Qur`an
bagi kami khususnya dan bagi para pembaca umumnya. Harapan setelah
memahami ilmu amsal al-Qur’an, kita mampu memahami, mengambil pelajaran,
berpikir, dan selalu mengingat ayat-ayat al-Qur’an. guna meningkatkan
ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu wa ta`ala. Insyaallah.
C. Rumusan Masalah
Pada makalah ini kami membahas mengenai
antara lain:
1. Pengertian Amtsal al-Qur’an
2. Macam dan Sighat Amtsal al-Qur’an
3. Faedah Amtsal al-Qur’an
4.
Tujuan Amtsal al-Qur’an
5.
Urgensi Amtsal al-Qur’an
BAB II
Pembahasan
A.
PENGERTIAN
AMTSAL
Amtsal,jamak dari matsal.Dari sudut etimologi,kata ini
sama dengan amtsilat jamak dari mitsl dan mitsal. yakni sama-sama berasal dari
laam,tsa,mim yang menurut al-zamakhsyari matsal bermakna mitsl artinya
bandingan. Dalam pemakaian sehari-hari di kalangan masyarakat Indonesia,kata
ini berkonotasi perumpamaan,bandingan,contoh,dan lain-lain.Konotasi tersebut
dalam KBBI di rumuskan :”misal: sesuatu yang menggambarkan sebagian dari
keseluruhan”.
Secara tertimologis para ahli bahasa arab memakaikan kata amtsal untuk
menunjuk:1)kepada suatu keserupaan antara dua variabel yang berbeda akan tetapi
ada titik sama yang mempertemukan dua hal yang berbeda itu.Ungkapan serupa itu
mereka masukkan ke dalam apa yang disebut dengan tasybih tamtsili seperti:”(Tiadalah
harta dan keluarga melaikan bagaikan titipan:pada suatu hari titipan itu pasti
akan dikembalikan).”
Jelas terlihat dalam syair itu bahwa penyair menyerupakan
harta kekayaan dan sanak famili dengan
benda titipan yang dititipkan seseorang kepada kita.Apalagi pada suatu waktu
kekayaan yang kita miliki habis atau kita di tinggalkan oleh sanak keluarga
maka kondisi yang demikian jangan terlalu disedihkan sebab ibarat harta titipan
dia memang harus dikembalikan pada suatu waktu kepada pemiliknya ;dan 2)untuk
menunjuk kepada pepatah atau peribahasa yakni suatu ungkapan yang digunakan
untuk menggambarkan keserupaan suatu kondisi dengan kondisi lain yang
diserupakan kepadanya, seperti(Jahizah memutuskan semua pembicaraan).
Ungkapan tersebut digunakan pada setiap pendapat atau ide
yang dapat menyelesaikan permasalahan yang rumit yang sulit dicarikan
pemecahannya.
Dari kedua contoh di atas
tampak dengan jelas perbedaan yang nyata antara tasybih tamtsili
dengan matsal.Yang pertama menyerupakan dua variabel yang berbeda dalam
satu ungkapan atau kalimat;sementara yang kedua menggambarkan pemakaian suatu
ungkapan untuk menunjuk kepada kondisi tertentu yang kasusnya mirip dengan apa
yang terkandung dalam ungkapan tersebut.
Demikian gambaran matsal yang berlaku dalam bahas arab.Apabila
diterapkan terhadap ayat-ayat al-qur’an maka dijumpai bahwa dari sudut pola susunan
kalimat(uslub)tidak ada perbedaan antara matsal yang dipraktikan
dalam bahasa arab untuk berkomunikasi dengan apa yang dituangkan dalam ayat
al-qur’an.Tapi dari sudut konotasi atau dalalat-nya jauh sekali
perbedaannya.Hal itu disebabkan,antara lain yang terpenting ialah al-qur’an
bukan kalam manusia,melainkan wahyu allah yang mutlak benar dan berlaku secara
universal sepanjang zaman;sedangkan bahasa arab,perkataan manusia yang
kebenarannya nisbi(relatif)dan tidak berlaku secara universal serta tidak
abadi.Kecuali itu ,al-qur’an tidak hanya menggambarkan hal-hal yang
konkret,bahkan kadang-kadang ia menjelaskan suatu yang sangat abstrak seperti
penggambarannya tentang surga dan neraka serta berbagai kenikmatan yang
diterima akan diterima penghuni surga dan bermacam azab yang akan diterima oleh
penghuni neraka.Dengan demikian jika al-qur’an menggambarkan kondisi yang tak
mungkin terjangkau indera manusia sekarang dan tak pernah terlintas dalam
benak,maka contoh atau perumpamaan
alqur’an terhaadap hal-hal yang sangat abstrak serupa ini hanya sekadar untuk
mendekatkan pemahaman,tidak menggambarkan hakikat yang sebenarnya.Di samping
itu,kalau dalam bahasa arab yang dicontohkan adalah peristiwa atau kondisi yang
sudah lalu,maka dalam amtsal alqur’an tidak jarang kita menjumpai ayat-ayat
yang menginformasikan peristiwa mendatang yang akan dialami oleh umat
manusia.Berdasarkan kenyataan-kenyataan yang demikian,maka jelas definisi
amtsal alqur’an tak mungkin sama dengan yang berlaku dikalangan masyarakat
manusia.
Oleh karena itu agaknya definisi yang dikemukakan oleh
Manna’al-Qaththan dapat diterima karena cocok dengan kondisi yang digambarkan
tadi.Definisi itu ialah:
(Matsal di dalam al qur’an ialah mengungkapkan suatu
makna dalam bentuk kalimat indah,singkat,padat dan akurat serta terasa meresap
ke dalam jiwa;baik kalimat itu dalam bentuk tasybih atau ungkapan bebas).
Definisi ini tampak lebih jelas dan rinci dari pada yang dikemukakan
oleh al-Suyuthi;menurutnya matsal ialah “menggambarkan sesuatu yang tersembunyi
dengan yang nyata dan yang gaib dengan yang tampak”. Definisi yang mirip dengan
ini dikemukakan oleh Ibn al-Qayyim sebagaimana dikutip Muhammad al-Khidr
Husayn.
Kedua definisi yang disebut terakhir ini tidak merinci
amtsal al-qur’an itu,melainkan hanya menyebutkan prinsip dasar saja.Selain itu
juga tidak dijelaskan,matsal itu di dalam bentuk kalimat atau kata.Sebaiknya
dalam definisi al-Qaththan di atas kedua hal itu dijelaskan secara gamblang.[1]
B.
MACAM-MACAM
AMTSAL AMTSAL AL-QUR’AN
Secara
garis besar, Amsal al-Qur’an terbagi menjadi dua. Pertama perumpamaan yang
disebutkan secara jelas dan tegas. Imam Jalaluddin as-Suyuthi dalam al-Itqaan menyebutnya
sebagai masal zhahi musharrah bih. Sedangkan yang kedua disebutkan
secara tersirat masal kaamin..[2] Namun
apabila diamati secara seksama maka amsal al-Qur’an bisa dibagi menjadi tiga
macam. Seperti pendapat Manna` Khalil
al-Qattan, bahwasanya Amsal al-Qur’an ada tiga macam yaitu: amsal
musarrohah, amsal kaminah, dan amsal mursalah.
Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Amsal Musarrohah, ialah
masal yang didalamnya dijelaskan dengan lafaz masal (lafal
yang didalamya menunjukkan persamaan atau perumpamaan-pen) atau
sesuatu yang menunjukkan tasybih (penyerupaan), amsal seperti
ini banyak dijumpai dalam al-Qur’an. Contohnya antara lain adalah:
a) Firman Allah mengenai
orang Munafik dalam surat al-Baqarah
[2]:17-20 yang artinya:
“Perumpamaan
mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, Maka setelah api itu menerangi
sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan
mereka dalam kegelapan, tidak dapat Melihat.Mereka tuli, bisu dan buta, Maka
tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar), Atau seperti (orang-orang
yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat;
mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, Karena (mendengar suara)
petir,sebab takut akan mati. dan Allah meliputi orang-orang yang kafir.
Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. setiap kali kilat itu
menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu;, dan bila gelap menimpa
mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya dia melenyapkan
pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala
sesuatu.”
Di dalam
ayat tersebut, Allah memberikan perumpamaan (masal) bagi orang munafik dengan
dua perumpamaan; yaitu masal yang berkenaan dengan api yang menyala adalahseperti
orang yang menyalakan api" dan
dengan air atau seperti-orang-orang yang ditimpa hujan lebat dari
langit” yang didalamnya ada unsur kehidupan.
Sebagaimana
diketahui bahwa al-Qur`an diturunkan untuk menyinari hati dan
menghidupkannya. Allah menyebutkan juga kedudukan dan fasilitas orang munafik dalam
dua keadaan. Disatu sisi mereka bagaikan orang yang menyalakan api untuk
penerangan dan kemanfaatan; mengingat mereka memperoleh kemanfaatan
materi dengan sebab masuk Islam. Namun disisi yang lain, Islam tidak
memberikan pengaruh Nur-nya terhadap hati mereka,karena
Allah menghilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan
unsur “membakar” yang ada padanya.
Dalam
perumpamaan kedua, yang berkenaan dengan air, Allah menyerupakan
mereka dengan keadaan orang yang seperti ditimpa hujan lebat yang juga disertai
dengan gelap gulita, petir dan kilat, sehingga terkoyaklah kekuatan orang itu
dan ia meletakkan jari-jemari mereka untuk menyumbat telinga serta memejamkan
mata karena takut disambar petir. Ini merupakan gambaran mereka yang
mengabaikan al-Qur`an dan tidak menjalankan perintah-perintah Allah yang
mestinya bisa menyelamatkan mereka, tetapi karena mereka tidak memperdulikanya,
justru malah membinasakan mereka.
b) Firman Allah mengenai
yang Hak & Bathil dalam surat Ar
Ra`d [13] : 17 yang artinya:
“Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka
mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih
yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat
perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah
Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu,
akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat
kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan”.
Wahyu
yang diturunkan Allah dari langit untuk kehidupan hati diserupakan dengan air
hujan yang diturunkan-Nya untuk kehidupan bumi dengan tumbuh-tumbuhan. Dan hati
diserupakan dengan lembah. Arus air yang mrengalir di lembah, membawa buih dan
sampah. Begitu pula hidayah dan ilmu bila mengalir di hati akan berpengaruh
terhadap nafsu syahwat, dengan menghilangkannya. Ini merupakan masal ma`i.
Mengenai
masal nari, dikemukankan dalam firman-Nya: “Dan dari
apa (logam) yang mereka lebur dengan api…”. Logam, baik emas, perak,
tembaga maupun besi, ketika dituangkan ke dalam api, maka api akan
menghilangkan kotoran, karat yang melekat padanya dan memisahkannya dari
substansi yang dapat dimanfaatkan, sehingga hilanglah karat itu dengan sia-sia.
Begitu pula, syahwat akan dilemparkan dan dibuang dengan sia-sia oleh hati
orang mukmin sebagaimana arus air menghanyutkan sampah atau api melemparkan
karat logam.
2. Amsal Kaminah,
yaitu yang di dalamnya tidak disebutkan dengan jelas lafaz tamsil(pemisalan)
tetapi ia menunjukkan makna-makna yang indah, menarik, dalam kepadatan
redaksinya, dan mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada yang
serupa dengannya.
Contoh
amsal kaminah adalah:
a) Ayat-ayat yang senada dengan perkataan; “Sebaik-baik
urusan adalah pertengahannya”.Ungkapan ini merupakan hasil perumpamaan dari
beberapa ayat al-Qur’an, di antaranya adalah:
v
Surat
al-Baqarah [2] : 68 tentang sapi betina yaitu:
“…bahwa
sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan
antara itu…”
v
Surat
al-Furqan [25] : 67 tentang nafkah yaitu:
“Dan
mereka yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan
tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang
demikian.”
v
Surat
al-Isra’ [17]:110 tentang shalat:
“Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu
dalam shalatmu dan jangan pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di
antara kedua itu.”
v
Surat
al-Isra’ [17] : 29 tentang infak:
“Dan janganlah kamu jadikan
tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya.”
b) Ayat yang senada dengan perkataan, “Kabar itu
tidak sama dengan menyaksikan sendiri”. Misalnya firman Allah tentang nabi
Ibrahim dalam Qs.al-Baqarah [2] : 260 yang artinya:
“Allah berfirman: "Belum yakinkah kamu?"
Ibrahim menjawab: "Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap
mantap (dengan imanku)”
c) Ayat yang senada dengan perkataan, “Sebagaimana
kamu telah menghutangkan, maka kamu akan dibayar”. Misalnya firman
Allah dalam Qs. an-Nisa` [4] : 123 yang artinya:
“Barangsiapa
mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu”
d) Ayat yang senada dengan perkataan. “Orang
mukmin tidak akan disengat dua kali dari lubang yang sama“. Misalnya firman
melalui lisan Ya`kub dalam Qs. Yusuf [12] : 64 yang artinya:
"Bagaimana aku akan mempercayakannya (Bunyamin) kepadamu, kecuali
seperti aku telah mempercayakan saudaranya (Yusuf) kepada kamu dahulu?".
3. Amsal Mursalah yaitu
kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan lafaz tasybihsecara
jelas. Tetapi kalimat-kalimat itu berfungsi sebagai masal. Beberapa contoh
diantaranya adalah:
a) “Sekarang
jelaslah kebenaran itu.” (Qs. Yusuf [12] ; 51)
b) “Tidak
ada yangmenyatakan hari itu selainAllah”(Qs. an-Najm [53] ;58)
c) “Telah
diputuskan perkara yang kamu berdua menanyakanya (kepadaku).” (Qs.
Yusuf [12] ; 41)
d) “Bukankah
subuh itu sudah dekat?” (Qs. Hud [11] ; 81)
e) “Untuk
tiap-tiap berita (yang dibawa oleh rasul-rasul) ada (waktu) terjadinya.”(Qs.
al-An`am [6] ; 67)
f) “Dan
rencana yamg jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya
sendiri.” ( Qs. Fatir [35] ; 43)
g) “Katakanlah:
Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing- masing.”(Qs
al-Isra’ [17] ; 84)
h) “Boleh
jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu” (Qs.
al-Baqarah [2] ; 216)
i) “Tiap-tiap
diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya” (Qs.
al-Muddassir [74] ; 38)
j) “Adakah balasan
kebaikan selain dari kebaikan (pula)?” (Qs. ar-Rahman [55] ; 60)
k) “Tiap-tiap
golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing)”. (Qs.
al-Mukminun [23]; 53)
l) “Amat
lemahlah yang menyembah dan amat lemah {pulalah) yang disembah.”.(Qs.
al-Hajj [22] ; 73)
m) “Untuk
kemenangan seperti ini hendaklah berusaha orang-oeang yang bekerja!” (Qs.
as-Saffat [37] ; 61)
n) “Tidak
sama yang buruk dengan yang baik.” (Qs. al-Ma`idah [5] ; 100)
o) “Berapa
banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak
dengan izin Allah.” (Qs. al-Baqarah [2] ; 249)
p) “Kamu
kira mereka itu bersatu sedangkan hati meereka berpecah belah.” (Qs.
al-Hasyr [59[ ; 14)
Dari
berbagai macam amsal tersebut, amsal jenis pertama sering digunakan
dalam al-Qur`an dan termasuk jenis amsal yang sebenarnya. Hal ini
didasarkan pada suatu asumsi bahwa tidak semua ayat al-Qur`an dapat
dijadikan amsal untuk berbagai ungkapan dan peristiwa. Sedangkan amsal jenis
kedua dan ketiga masih memerlukan kajian ulang dan harus ditempatkan secara
proporsional. Para ulama berbeda pendapat tentang ayat-ayat yang mereka
namakan amsal mursalah, apa atau bagaimana hukum
mempergunakannya sebagai masal?
Sebagian
ahli ilmu memandang hal demikian sebagian telah keluar dari adab al-Qur’an.
Berkata Ar-razi ketika menafsirkan ayat : لكم
دينكم ولي دين (Qs.
al-Kafirun (109) : 6). “Sudah menjadi tradisi orang, menjadikan ini
sebagai masal (untuk membela, membenarkan perbuatannya)., ketika ia
meninggalkan agama, padahal hal demikian tidak dibenarkan. Sebab Allah menurunkan al-
Qur’an bukan untuk dijadikan masal, tetapi untuk direnungkan dan kemudian
diamalkan isi kandungannya.”[3]
Salah
seorang ulama, Ibn Syihab, pernah mengatakan bahwa janganlah kamu membuat
amsal dengan ayat-ayat al-Qur`an dan Hadis Nabi, baik dalam ungkapan
maupun dalam perbuatan.[4]
C. FAEDAH-FAEDAH AMTSAL
Apabila diamati berbagai
amtsal al-qur’an maka ditemukan bahwa pengungkapan amtsal tersebut mengandung
bermacam-macam faedah;bahkan al-Qaththan sampai menyebutkan sebanyak delapan
buah[5];dan
al-Khidr Husayn menyimpulkan menjadi tujuh buah.[6]
Terlepas dari perbedaan
pendapat itu,yang jelas amtsal al-qur’ar mengandung banyak faedah.Namun secara
kasar faedah-faedah tersebut dapat dikategorikan kepada dua kelompok
besar;pertama faedah umum dan kedua faedah khusus.Yang dimaksud faedah umum
ialah amtsal yang menggambarkan berita yang abstrak dalam bentuk konkret
sehingga seakan-akan dapat diraba dan dipegang seperti perumpamaan al-qur’an
terhadap hapusnya pahala berinfak bagi mereka yang riya dengan menggambarkan
bagaikan batu licin yang permukaannya tertutup oleh tanah.Kemudian datang hujan
lebat menimpanya ,maka habislah semua tanah itu dari atas batu tadi.Inilah yang
digambarkan Tuhan dalam ayat 264 dari al-Baqarah ;
(maka perumpamaan orang itu [yang riya]seprti batu licin yang dari atasnya
ada tanah kemudian batu itu ditimpa hujan lebat lalu menjadilah dia bersih dari
tanah tersebut.Mereka tidak menguasai
sesuatupun dari apa yang mereka usahakan).
Tampak dengan jelas dari
perumpamaan itu,pahala yang abstra dan tak mungkin tercapai oleh indera manusia
dapat tergambar secara gamblang,sehingga seakan-akan dapat dipegang dengan
tangan dan dilihat oleh mata.Di sinilah suatu keindahan bahasa menggunakan
bentuk amtsal.Banyak ayat al-qur’an yang menggambarkan hal-hal yang sangat
abstrak dengan menggunakan bentuk amtsal seperti penggambaran al-qur’an
terhadap kehidupan akhirat kelak;baik kehidupan mereka yang memperoleh nikmat
dalam surga maupun mereka yang diazab dalam nereka.Hal-hal yang sangat abstrak
serupa itu dapat diinformasikan kepada umat manusia secara gamblang meyakinkan
dengan menggunakan uslub amtsal.
Adapun yang dimaksud
dengan faedah khusus ialah kandungan kalimat atau ungkapan ayat yang mengandung
amtsal itu membawa pesan khusus yang tidak ada pada kalimat amtsal yang
lain;antara lain sebagai berikut:
1)
Untuk
menimbulkan minat dalam beribadah seperti berinfak,sehingga umat tidak
segan-segan membelanjakan harta mereka di jalan allah demi meraih keuntungan
yang berlipat ganda seperti dicontohkan dalam ayat 261 al-baqarah;
(Perumpamaan [nafkah yang diinfakkan oleh]orang-orang yang mengeluarkannya
di jalan allah sama dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh tangkai berisi
seratus biji.Dan allah melipat gandakan [pahala]bagi siapa saja yang
dikehendaki-Nya.Dan Allah Maha Luas dan Maha Tahu).
2)
Untuk
membuat seseorang lari dari perumpamaan yang disebut dalam ayat karena
perumpamaan tersebut termasuk yang dibenci oleh tabiat seperti memakan daging
dari bangkai saudaranya sendiri sebagaimana digambarkan al-qur’an dalam ayat 12
dari al-hujurat;
(Dan janganlah sebagian kamu menggunjing [aib] sebagian yang lain.Sukakah
salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati?Maka
tentulahkamu merasa jijk kepadanya).
3)
Untuk
memuji sesuatu yang dicontohkan (al-mumatstsal) seperti pujian allah bagi para
sahabat rasul allah dalam ayat 29 surat al-fath;
(Demikian sifat-sifat mereka di dalam taurat dan di dalam injil;yaitu
seperti tanaman yang mengeuarkan
unasnya,maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah
dia dan tegak lurus di atas pokoknya(batangnya).Tanaman itu membuat kagum
penanam- penanamny[sebaliknya]orang-orang kafir menjadi jengkel dan gigit
jari).
Ayat di atas menggambarkan perkembangan sahabat rasul allah yang
pada mulanya dalam kondisi yang amat lemah karena jumlah mereka sangat
kecil,boleh dihitung dengan jari(tak sampai sepuluh orang).Kemudian jumlah
tersebut terus meningkat,akhirnya menjadi suatu masyarakat muslim(islamic
community) setelah mereka pindah ke Madinah.Perkembangan yang demikian pesat
membuat hati mereka senang dan bangga sebagai muslim;sementara kaum kafir
semakin kuat dan tangguh.Ini terbukti penaklukan mekah tahun 8 H.Disaksikan
sekitar sepuluh ribu sahabat rasul allah.[7]Ini
betul-betul suatu jumlah yang sangat menajubkan sebab tak sampai sepuluh tahun berselang
jumlah mereka sudah demikian ramai padahal di awal dakwah rasul allah jumlah
tersebut tak sampai sepuluh orang bagaimana telah disebut.
Jumlah yang demikian besar
dipuji karena tak mungkin hal itu dicapai tanpa kesabaran dan ketabahan mereka
dalam berjuang meninggalkan kalimat tauhid.
4)
Untuk
mencela.Ini terjadi bila yang menjadi perumpamaan itu sesuatu yang dianggap
buruk oleh manusia seperti menyerupakan seorang ‘alim dengan anjing karena si
‘alim itu tak mampu mengendalikan dorongan hawa nafsunya lalu ia melakukan
perbuatan tercela sebagaimana digambarkan allah dalam ayat 176 al ‘Araf
(Dan kalau kami menghendakisesungguhnyaKami tinggikan
[derajat-nya]dengan ayat-ayat itu,tetapi dia cenderung kepada dunia dan meuruti
hawa nafsunya [yang rendah] maka perumpamaannya seperti anjing,jika kamu
menghalaunya niscaya diulurkannya lidahnya,dan jika kamu membiarkannya dia
menjulurkan lidahnya [juga].Demikian itulah perumpamaaan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami)
Anjing adalah jenis hewan yang terburuk,bahkan dipandang sebagai najis yang
amat berat oleh agama,sehingga bila ada bejana
yang dijilatnya,wajib dicuci tujuh kali dan salah satunya dengan tanah
seperti ditegaskan dalam hadis rasul allah yang diriwayatkan pleh abu Hurairat:Apabila
anjing minum pada bejana salah seorang diantara kamu,maka hendaklah bejana itu
dicuci tujuh kali”;dan pada riwayat lain dikatakan;”untuk membersihkan bejanamu
bila dijilat anjing ialah dengan membasuhnya tujuh kali,satu diantaranya dengan
tanah”.[8]Dengan
dijadikannya anjing tersebut sebagai perumpamaan seperti dalam ayat tadi,maka
sekaligus menggambarkan betapa
tercelanya orang yang bersifat seperti itu karena ia diserupakan dengan hewan
yang keji dan hina.
5)
Untuk
menjadi hujjah (argumen)atas kebenaran seperti dalam firman allah dalam ayat 75
al-Nahl
(Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang
dimiliki yang tak dapat berbuat (bertindak)terhadap sesuatu pun dan seorang
yang Kami beri rezki yang baik dari Kami ;lalu dia menafkahkan sebagian dari
rezki itu secara sembunyi dan secara terang-terangan.Adakah mereka sama ?).
Ayat diatas
menggambarkan betapa tidak berdayanya berhala-berhala yang mereka sembah
.Kondisi yang demikian ibarat budak yang tak punya apa-apa serta tak punya
wewenang sedikitpun;jangankan atas pihak lain di luar dirinya,bahkan atas
dirinya,bahkan atas dirinya pun dia tidak berwenang.Sebaliknya seorang bukan
budak,dan Tuhan beri dia kelapangan rezki yang berlimpah,maka dia dapat
berinfak sesuka hatinya baik secara senbunyi atau terang-terangan.Jadi jelas
tidak sama karena yang pertama sangat lemah dan sedikit pun tidak
berdaya;sedang yang kedua amat kuat dan mempunyai wewenang penuh sehingga ia
dapat berbuat leluasa.Begitulah perumpamaan antara ketidak berdayaan berhala
jika dibandingkan dengan kemahakuasaan Allah.Jadi matsal serupa ini berfungsi
sebagai hujjah atas kebenaran yang hak dan kebatalan yang adil.
D. TUJUAN AMTSAL
Sebenarnya tak seorang pun yang tahu
secara pasti apa sebenarnya yang menjadi tujuan diungkapkan uslub amtsal oleh
allah dalam al-qur’an.Namun bila diperhatikan secara cermat amtsal yang dibawa
oleh ayat-ayat al-qur’an itu maka kita dapat berkata bahwa tujuan amtsal
tersebut ialah agar umat manusia mengambil pelajaran darinya.Artinya,contoh
yang baik untuk dijadikan teladan,sebaliknya perumpamaan yang jelek agar dapat
berusaha menghindarinya.Dalam kaitan ini Allah berfirman:
(Sesungguhnya
telah Kami buatkan bagi manusia di dalam al-qur’an ini setiap macam perumpamaan
supaya mereka mendapat pelajaran).
(Dan
perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir).
Jadi jelaslah tujuan pengungkapan amtsal tersebut ialah agar manusia
mejadikannya pelajaran dan bahan renungan sehingga mereka terbimbing ke jalan
yang benar demi meraih bahagia dunia akhirat.
E. URGENSI AMTSAL
Di atas telah disinggung bahwa
faedah umum dari matsal adalah dapat memvisualisasikan hal-hal yang bersifat
abstrak.
Apabila kita amat se ara saksama memvisualisasikan hal-hal yang bersifat
abstrak kadang-kadang dirasa amat penting,apalagi dalam upaya menyampaikan
suatu informasi untuk menyeru orang lain agar tergugah untuk mengikuti apa yang
dianjurkan.Seandainya kondisi yang abstrak tidak dijelaskan dalam bentuk figur
yang dapat dibayangkan atau dipahami maka akan terlalu sukar bagi
audiens(pendengar)menyerap isi pembicaraan;apalagi bila yang dibicarakan itu
hal-hal yang sangat abstrak seperti surga,neraka,alam barzakh dan sebagainya
yang berhubungan dengan alam akhirat.Di sinilah terletak salah satu peran
penting dari amtsal al-qur’aan karena dengan memakai amtsal maka hal-hal yang
gaib dapat digambarkan seakan-akan hadir dihadapan kita.
Dengan demikian akan lebih mudah
bagi pembaca dan pendengar memahami dan menghayati pesan-pesan yang disampaikan
oleh allah .Sebagaimana diketahui ialah kitab hidayah yang selalu memberikan
bimbingan yang dinamis dan segar kepada umat dan dengan adanya amtsal dalam
kitab suci tersebut,maka terasa sekali sangat pentingnya kajian ini sehingga
umat yang diserunya dapat memahami makna-makna yang dikandungnya dengan cara
yang tidak terlalu sukar dan sekaligus dapat membuat mereka tertarik serta
tidak membosankan.Berbagai ayat al-qur’an yang telah dikemukakan di atas yang
berisi amtsalcukup menjadi bukti atas kebenaran tesis ini.
BAB III
Kesimpulan
1. Kajian kritis dan mendalam tentang amsal al-Qur’an, akan menyingkap tabir misteri aspek-aspek kemujizatan al-Qur’an, baik
bahasa, kandungan makna, maupun pesan-pesan yang terkandung di dalamnya.
2. Amsal merupakan salah satu metode al-Qur’an dalam menyampaikan pesan-pesan
Ilahiyah yang berfungsi untuk memberikan pemahaman kepada manusia
terutama dalam hal-hal yang tidak dapat terjangkau oleh akal manusia dengan
jalan konkretisasi sesuatu yang bersifat abstrak.
3. Tujuan amsal al-Qur’an antara lain; konkretisasi yang
abstrak, motivasi untuk melakukan sesuatu, menjadi peringatan bagi manusia agar
menghindari perbuatan buruk, memberikan pujian kepada orang yang berbuat baik,
untuk tujuan argumentatif dalam mempertahankan suatu kebenaran mutlak agar
manusia tidak dilingkupi perasaan ragu dan untuk untuk dijadikan sebagai bahan
renungan dan pelajaran. Wallahu A'lam Bishawab
DAFTAR PUSTAKA
Baidan Nashruddin,2011,Wawasan
Baru Ilmu Tafsir ,Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Khalil al-Qattan, Manna`, Study
Ilmu-Ilmu Qur`an, Jakarta: Pustaka Litera AntarNusa , Cet. III
[3] Manna`
Khalil al-Qattan, hlm. 404-409
[5] Manna’ al-Qaththan, op.cit.,hh.287-289.
[6] al-Khidr Husayn, op.cit.,hh.33-36.
[7] ‘Abd.Al-Rahman al-Suhayli,al-Rawdh
al-Unuf,ed.’Abd.Al-Rahman al-Wakil,Dar al-Kutub al-Haditsat,VII,t.t,h.119.
[8] Lebih lanjut lihat,Mahmud
Syaltut,al-Fatawa,Kairo,Dar al-Qalam.cet.ke-2,hh.86-87.
Komentar
Posting Komentar