SALAF
(IBN HAMBAL DAN IBN TAIMIYAH)
Menurut Thablawi
Mahmud Sa’ad, salaf artinya ulama terdahulu. Salaf terkadang dimaksudkan untuk
merujuk generasi sahabat, tabi’, tabi tabi’in, para pemuka abad ke-3 H., dan
para pengikutnya pada abad ke-4 yang terdiri dari atas para muhadditsin dan
lainnya. Salaf berarti pula ulama-ulama saleh yang hidup pada tiga abad pertama
islam. [1][1]
Sedangkan menurut As-Syahrastani, ulama salaf adalah yang tidak menggunakan
ta’wil (dalam menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat) dan tidak mempunyai faham
tasybih (anthropomorphisme). [2][2]
Sedangkan Mahmud Al-Bisybisyi dalam Al-Firaq Al-Islamiyyah mendefinisikan salaf
sebagai sahabat, tabi’in, tabi’in yang dapat diketahui dari sikapnya menampak
penafsiran yang mendalam mengenai sifat-sifat Allah yang menyerupai segala
sesuatu yang baru untuk menyucikan dan mengagungkan-Nya.[3][3] Ibn Taimiyyah
adalah seorang ulama besar penganut Imam Hambali yang ketat.
Karakteristik ulama
salaf atau salafiyah menurut Ibrahim Madzkur adalah sebagai berikut:[4][4]
1.
Mereka
lebih mendahulukan riwayat (naql) daripada dirayah (aql).
2.
Dalam
persoalan pokok-pokok agama (ushuluddin) dan persoalan-persoalan cabang agama
(furu’ ad-din), mereka hanya bertolak dari penjelasan dari Al-Kitab dan
As-Sunah.
3.
Mereka
mengimani Allah tanpa perenungan lebih lanjut (tentang Dzat-Nya) dan tidak pula
mempunyai faham anthropomorphisme.
4.
Mereka
memahami ayat-ayat Al-Qur’an sesuai dengan makna lainnya, dan tidak berupaya
untuk menakwilkannya.
Adapula tokoh-tokoh yang dikategorikan
oleh Ibrahim Madzkur yaitu:
1.
Abdullah
bin Abbas (68 H)
2.
Abdullah
bin Umar (74 H)
3.
Umar
bin Abd Al-Aziz (101 H)
4.
Az-Zuhri
(124 H)
5.
Ja’far Ash-Shadiq (148 H)
6.
Para
imam mazhab yang empat (Imam Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Ahmad bin Hanbal)
Menurut Harun
Nasution, secara kronologis salafiyah bermula dari Imam Ahmad bin
Hanbal. Lalu ajarannya dikembangkan Imam Ibn Taimiyah, kemudian disuburkan oleh
Imam Muhammad bin Abdul Wahab, dan akhirnya berkembang di dunia islam secara
sporadis.[5][5]
Di Indonesaia sendiri, gerakan ini berkembang lebih banyak dilaksanakan oleh
gerakan-gerakan Persatuan Islam (Persis), atau Muhammadiyah. Gerakan-gerakan
lainnya, pada dasarnya juga dianggap sebagai gerakan ulama salaf, tetapi
teologinya sud
Komentar
Posting Komentar