PRINSIP DASAR EPISTEMOLOGI (PENGETAHUAN) ISLAM
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok
Mata Kuliah : Metodologi Studi Islam
Dosen : Sulis Rokhmawanto,S.Pd.I,M.S.I
Disusun
Oleh :
Kelompok
2
Hamdan
Ismail
Kun
Amiina
Wiwin
Gunarti
Semester
1B
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NAHDHATUL ULAMA
PURWOREJO
2015
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt atas rahmat,
petunjuk dan kekuatan yang telah dilimpahkan kepada kami sehingga dapat
menyusun makalah dengan judul “Prinsip Dasar Epistemologi (Pengetahuan) Islam”
tanpa ada halangan suatu apapun.
Makalah ini disusun sedemikian rupa dalam rangka untuk memenuhi
tugas kuliah mata pelajaran Metodologi Studi dan sebagai sumber pembelajaran
yang nantinya dapat berguna di lingkungan kampus maupun masyarakat umum.
Materi-materi yang kami tulis berdasarkan pemikiran dan survey yang
dilakukan secara berkelompok dan mengambil dari beberapa buku reverensi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak
Drs.H.Suhaemi,S.Ag,M.M selaku rektor STAINU Purworejo
2. Bapak Sulis Rokhmawanto,S.pd.I,M.S.I selaku Dosen Pembimbing Mata
Kuliah Metodologi Studi Islam
3. Semua
pihak yang membantu tersusunnya makalah ini atas bantuan moral maupun material.
Makalah ini tentunya jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, masukan,
kritik dan saran senantiasa kami harapkan demi kesempurnaan dimasa mendatang.
Purworejo, 9 Oktober
2015
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul.............................................................................................................i
Kata Pengantar............................................................................................................ii
Daftar Isi....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................1
BAB II KERANGKA TEORI
A.
Pengertian
Epistemologi dan Islam.................................................2
B.
Kebenaran
Epistemologi Islam dan Sumbernya..............................3
BAB III ANALISIS
A.
Menurut
Ulama’................................................................................6
B.
Menurut
Orang Awam......................................................................6
C.
Menurut
Orang yang Masih Sedikit Pengetahuannya......................6
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................7
B. Saran................................................................................................7
Daftar Pustaka...........................................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia lahir sudah diberi otak untuk
berfikir dan bertadabur oleh Allah SWT. Tak heran jika banyak para pakar ahli
maupun ilmuwan melakukan eksperimen-eksperimen sehingga menemukan jawabannya
dari yang diteliti itu. Namun, jawaban yang mereka peroleh itu berdasarkan
pemikiran/akal sendiri.
Kemudian Islam memberikan dasar dan
konsep yang bersifat absolut seperti hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an dan
Hadits Nabi. Selain itu, juga dari sejarah-sejarah Islam terdahulu, yang menjadi
penunjang adanya epistemologi Islam.
Sehingga dengan prinsip dasar epistemologi Islam ini, kita bisa mengetahui
peranan islam dalam ilmu pengetahuan dan mengetahui islam sebagai agama yang
rahmatan lil ‘alamiin.
A.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
pengertian dari Epistemologi dan Islam?
2.
Bagaimana
kebenaran epistemologi Islam dan sumbernya?
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Pengertian
Epistemologi dan Islam
1. Pengertian
Epistemologi
Epistemologi adalah
kata lain dari filsafat ilmu berasal dari bahasa Latin episteme,berarti knowledge,
yaitu pengetahuan dan logos, berarti theory. Jadi,
epistemologi berarti “teori pengetahuan.” Atau teori tentang metode, cara dan
dasar dari ilmu pengetahuan, atau studi tentang hakikat tertinggi, kebenaran
dan batasan ilmu manusia. Epistemologi mempersoalkan kebenaran pengetahuan.
Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang memenuhi unsur-unsur
epistemologi yang dinyatakan secara sistematis dan logis. [1]
Terdapat tiga
persoalan dalam bidang ini: (1) Apakah sumber-sumber pengetahuan itu?
Darimanakah pengetahuan itu datang dan bagaimana kita mengetahuinya? (2) Apakah
sifat dasar pengetahuan itu? Apakah ada dunia yang benar-benar diluar dunia
kita, dan kalau ada, apakah kita mengatahuinya? Ini adalah persoalan tentang
apa yang kelihatan(phenomena/appearance) versus hakikat(noumena/essence).
(3) Apakah pengetahuan itu benar(valid)? Darimana kita dapat membedakan
yang benar dan yang salah? Ini adalah soal tentang mengkaji kebenaran atau
verifikasi. [2]
2. Pengertian Islam
Islam adalah agama, yaitu agama yang
ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat melalui Nabi Muhammad SAW
sebagai Rasul. Islam pada hakekatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya
satu segi, tetapi mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Sumber dari
ajaran-ajaran mengambil berbagai aspek itu adalah Al-Qur’an dan Hadist.[3]
B. Kebenaran Epistemologi Islam dan Sumbernya
Terdapat empat jenis
kebenaran yang secara umum telah dikenal oleh orang banyak, yaitu:
1.
Kebenaran
religius, yaitu kebenaran yang memenuhi kriteria atau dibangun berdasarkan
kaidah-kaidah agama atau keyakinan tertentu.
2.
Kebenaran
filosofis, yaitu kebenaran hasil perenungan dan pemikiran kontemplatif terhadap
hakikat sesuatu, meskipun pemikiran intelektual tersebut bersifat subjektif dan
relatif, tetapi kontemplatif.
3.
Kebenaran
estetis, yaitu kebenaran yang berdasarkan penilaian indah atau buruk, serta
cita-cita rasa estetis.
4.
Kebenaran
ilmiah, yaitu kebenaran yang ditandai oleh terpenuhinya syarat-syarat ilmiah, terutama
menyangkut adanya teori yang menunjang dan sesuai dengan bukti.[4]
Secara garis besar,
ada dua aliran pokok dalam epistemologis. Pertama, adalah idealism atau
lebih populer dengan sebutan rasionalism, yaitu suatu aliran pemikiran
yang menekankan pentingnya peran “akal”, “idea”, “category”, “form”, sebagai
sumber ilmu pengetahuan. Di sini peran panca indra dinomorduakan. Kedua,
realism atau empiricism yang lebih menekankan peran “indra”
(sentuhan, penglihatan, penciuman, pencicipan, pendengaran) sebagai sumber
sekaligus sebagai alat untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Disini peran akal
dinomorduakan.[5]
Sedangkan dalam
dunia pemikiran Muslim ada tiga macam teori pengetahuan yang biasa disebut-sebut.
Pertama, pengetahuan rasional (Al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Bajjah, Ibn
Tufail, Ibn Rusdh dan lain-lain). Kedua, pengetahuan inderawi (cuma
terbatas kepada klasifikasi sumber perolehan ilmu pengetahuan, tapi belum ada
filosof Muslim yang mengembangkan teori ini seperti empirisme di Barat),
dan yang ketiga adalah pengetahuan kasyf yang diperoleh lewat
ilham. Perolehan ilmu lewat jalan pertama dan ketiga yang dominan dalam dunia
pemikiran Muslim. Sedangkan yang kedua kurang mendapat perhatian yang layak, meskipun
Al-Qur’an sendiri banyak berbicara tentang perolehan ilmu lewat indera.[6]
Kewajiban para
intelektual muslim dewasa ini adalah meyakini dan mengetahui islam sebagai
agama yang memberikan hudan dan petunjuk bagi manusia baik individu maupun
masyarakat & islam menjanjikan jalan lempang pada kehidupan manusia
sekarang ini dan dimasa yang akan datang.[7]
Sejarah ilmu
membuktikan betapa ilmuwan terdahulu menampilkan tesis dan teori yang secara
berkelanjutan disanggah atau dimodifikasi atau diperkaya oleh ilmuwan
berikutnya. Kebenaran-kebenaran yang ditampilkan berupa tesis atau teori yang
bersifat kondisional, sejauh medianya demikian, sampelnya itu, desainnya
demikian dan seterusnya.[8]
Prinsip dasar epistemologi islam mengacu pada sumber-sumbernya,
yaitu:
1.
Wahyu
(Al-Qur’an, Hadits Nabi)
Untuk mengetahui lebih luas tentang islam, pertama harus mengetahui
Tuhan/Allah Swt. Banyak jalan untuk mengetahuinya, seperti mempelajari Kitab
Suci Al-Qur’an dan Hadits Nabi.[9]
Al-Qur’an sebagai wahyu yang tampak (wahyu dhahir), sedangkan Hadits Nabi
sebagai wahyu internal(wahyu batin). Wahyu internal disampaikan Allah Swt.
kepada Nabi Muhammad Saw. dalam bentuk ilham yang kemudian Nabi Muhammad Saw.
menyatakan konsep tersebut dengan bahasanya sendiri. Jadi, perkataan Nabi yang
didasarkan ilham termasuk wahyu. Hadits sebagai sumber islam, karena Rasulullah
Saw. adalah tokoh sentral yang sangat dibutuhkan, bukan hanya sebgai pembawa
risalah ilahiyyah dan menyampaikan ajaran didalamnya.
2.
Akal/Ide
Menurut Plato,
menusia sejak lahir sudah membawa ide bawaan yang oleh Rene
Descartes(1596-1650) dan tokoh-tokoh rasionalis yang lain disebut innate
ideas. Dengan ide bawaan ini manusia dapat mengenal dan memahami segala
sesuatu, dan disitulah timbulnya ilmu pengetahuan. Menurutnya, orang tinggal
“mengingat kembali” saja ide-ide bawaan itu, jika dia ingin memahami sesuatu.[10]
Akal mempunyai kedudukan paling tinggi dalam islam, yang bisa disebut sebagai
alil aqli.
3.
Panca
Indera
Panca indera (sentuhan,
penglihatan, penciuman, pencicipan, pendengaran) sebagai sumber sekaligus
sebagai alat untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Ini disebut sebagai pengetahuan
empiris.
Aristoteles
mengakui bahwa pengamatan inderawi itu berubah-ubah, tidak tetap, tidak kekal,
tetapi dengan pengamatan dan penyelidikan yang terus-menerus terhadap hal-hal
dan benda-benda konkret, maka akal atau rasio akan dapat melepaskan atau
mengabstraksikan ideanya dari benda-benda yang konkret tersebut. Dari situ,
muncul idea-idea dan hukum-hukum yang bersifat universal dan dirumuskan oleh
akal atau intelek manusia melalui proses pengamatan inderawi. Bagi Aristoteles,
tanpa pengamatan inderawi, manusia tidak bisa menemukan hal-hal yang bersifat
intelektual-universal.[11] Menurut
Auguste Comte, indera sangat penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi harus
dipertajam dengan alat bantu dan diperkut dengan eksperimen.[12]
BAB III
ANALISIS
A.
Menurut
Ulama’
Salah satu
ulama’ di Desa Loano Kabupaten Purworejo, menyatakan bahwa prinsip dasar
epistemologi islam adalah pokok dasar agama islam yang rahmatan lil ‘alamiin.
Yang berguna bagi semua umat manusia, bukan hanya untuk yang beragama islam
saja, melainkan bagi seluruh umat manusia non islam. Dimana didalamnya
diletakkan pondasi yang kuat dan kukuh. Hal ini mengacu pada dalil-dalil naqli
maupun aqli. Seperti dalam firman Allah SWT yang termaktub dalam Al-Qur’an
Surah al-Anbiya’ ayat 108.
Artinya: “Dan tiada Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi alam semesta” (Q.S Al-Anbiya’ : 108)
B.
Menurut
Orang Awam
Bahwa islam
merupakan agama yang mudah dimengerti dan masuk akal. Dalam arti, ajaran-ajarannya
mudah untuk diterima dan tidak memberatkan dalam pelaksanaannya serta tidak
membeda-bedakan.
C.
Menurut
Orang yang Masih Sedikit Pengetahuannya
Dasar pengetahuan islam itu sudah ditanamkan sejak kecil oleh orang
tua masing-masing. Dimana sudah menjadi kebiasaan sehari-harinya sehingga
setelah dia baligh bisa menerapkan sesuai dengan semestinya.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Epistemologi
islam adalah kata lain dari filsafat ilmu (teori pengetahuan) yang
ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat melalui Nabi Muhammad Saw.
Dengan beberapa prinsip dasar epistemologi islam, kita bisa mengetahui peranan
islam dalam ilmu pengetahuan yang berasal dari sumber-sumbernya. Diantaranya
wahyu (Al-Qur’an dan Hadits Nabi), akal/idea dan panca indera yang sangat
berpengaruh dan berperan serta saling berhubungan dalam memperoleh pengetahuan
khususnya pengetahuan islam. Sehingga mengetahui bahwa islam adalah agama yang
rahmatan lil ‘alamiin. Yang membangun kehidupan umat yang lebih baik.
B.
Saran
1.
Hendaknya
kita lebih mendalam lagi dalam mempelajari epistemologi islam, agar kehidupan
sehari-hari tercipta masyarakat yang aman dan baik, karena pokok dasarnya yang
rahmatan lil ‘alamiin.
2.
Seharusnya
umat islam mempunyai kemampuan dan usaha untuk mengkritisi dan mengurai serta
mengembangkan pengetahuan islam.
3.
Untuk
penulis berikut, hendaknya lebih kreatif dalam penulisannya.
Daftar Pustaka
Abdullah,
Taufik dan M.Rusli Karim, 2004, Metodologi Penelitian Agama,Suatu
Pengantar, Yogyakarta: Tiara Wacana.
,Amin,Studi
Agama,2011,Yogyakarta:Pustaka Pelajar Offset.
Hasan,Islam
Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya,1993,Jakarta:Universitas Indonesia.
Muhadjir,
Noeng, 2011, Filsafat Ilmu, Yogyakarta:Rake Sarasin.
Salahudin,Anis,
2011, Filsafat Pendidikan, Bandung:Pustaka Setia.
[1] Anas Salahuddin,Filsafat Pendidikan,(Bandung:Pustaka
Setia,2011),hal.131.
[2] Amin Abdullah,Studi Agama,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Ofsett,2011),hal.243.
[3] Hasan, Islam ditinjau Dari Berbagai Aspeknya,(Jakarta:Universitas
Indonesia,1993),hal.24.
[4] Anas Salahuddin,Filsafat Pendidikan,(Bandung:Pustaka
Setia,2011),hal.132.
[5] Amin Abdullah,Studi Agama,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Ofsett,2011),hal.244.
[6] Anas Salahuddin,Filsafat Pendidikan,(Bandung:Pustaka
Setia,2011),hal.250.
[7] Taufik Abdullah dan M.Rusli Karim,Metodologi
Penelitian Agama,Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Tiara Wacana,2004),hal.43.
[8] Noeng Muhadjir,Filsafat Ilmu,(Yogyakarta:Rake
Sarasin,2011),hal.83.
[9] Taufik Abdullah dan M.Rusli Karim,Metodologi
Penelitian Agama,Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Tiara Wacana,2004),hal.52.
[10] Amin Abdullah,Studi Agama,(Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Ofsett,2011),hal.244.
[11] Ibid.,hal.246.
[12] Anas Salahuddin,Filsafat Pendidikan,(Bandung:Pustaka
Setia,2011),hal.139.
Komentar
Posting Komentar