AKTIFITAS
KEJIWAAN
(PERSEPSI,
FANTASI,BERFIKIR,INTELEGENSI)
Karya
tulis ini disusun guna memenuhi tugas kelompok
Mata
kuliah : Psikologi Umum
Dosen
: Akhid Luthfian, M.Pd
Disusun oleh :
1. Inggar
Yossi Randra
2. Nur
Annie Zulfa
3. Trio
Iqbal
Semester
1B
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA PURWOREJO
2015
ABSTRAK
Hakikat kejiwaan manusia terwujud dengan
adanya kekuatan-kekuatan serta aktifitas-aktifitas kejiwaan dalam diri manusia,
yang semua itu menghasilkan tingkah laku yang lebih sempurna dari pada
makhluk-makhluk lain. Dan dalam diri manusia itu terdapat potensi-potensi
terpendam yang dapat ditumbuhkembangkan menuju kepribadian yang lebih baik.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Dalam sebuah
pendidikan yang menjadi obyek sebuah pendidikan adalah manusia. Oleh karenannya
kita perlu tahu bagaimana aktifitas-aktifitas kejiwaan manusia tersebut dalam
kehidupan. Ciri khas manusia yang membedakan antara manusia dengan hewan
terbentuk dari terpadu dari apa yang di sebut dengan sifat hakikat kejiwaan
manusia. Sebagai seorang pendidik bangsa Indonesia. Kita wajib tau sifat dan
hakikat kejiwaan bangsa indonesia seperti apa?. Sehingga dapat dengan tepat
menyusun dan merancang sebuah usaha kependidikan.
B.
Rumusan masalah
1.
Apa saja yang termasuk aktifitas kejiwaan ?
2.
Bagaimana yang dimaksud dengan persepsi ?
3.
Bagaimana yang dimaksud dengan fantasi ?
4.
Bagaimana yang dimaksud dengan berfikir ?
5.
Bagaimana yang dimaksud dengan intelegensi ?
C.
Tujuan
1.
Agar mengetahui apa saja aktifitas kejiwaan.
2.
Agar mengetahui yang dimaksud dengan persepsi.
3.
Agar mengetahui yang dimaksud dengan fantasi.
4.
Agar mengetahui yang dimaksud dengan berfikir.
5.
Agar mengetahui yang dimaksud dengan intelegensi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Aktifitas-aktifitas kejiwaan manusia
Aktivitas-aktivitas kejiwaan
manusia itu dapat dicari hukum psikologi yang mendasarinya, beberapa aktivitas
kejiwaan yang berhubungan dengan psikologi pendidikan adalah:
1. Pengamatan.
2. Tanggapan.
3. Fantasi.
4. Ingatan.
5. Pikiran.
6. Perhatian.
7. Perasaan.
8. Kemauan.
B.
Persepsi (Tanggapan)
Persepsi merupakan
penelitian bagaimana kita mengintegrasikan sensasi ke dalam percepts objek, dan bagaimana kita selanjutnya menggunakan percepts itu untuk mengenali dunia (percepts adalah hasil dari proses perseptual). Kamus Besar Bahasa Indonesia
mengartikan persepsi dengan tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau
proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya.
Individu dapat mengadakan persepsi jika adanya objek, adanya alat indera (reseptor)
dan ada perhatian. Dalam proses persepsi sendiri terdiri dari proses kealaman (fisik), proses fisiologis dan proses psikologis
Untuk lebih memahami
persepsi, berikut adalah beberapa definisi persepsi menurut para ahli,
diantaranya:
1. Desiderato, persepsi adalah pengalaman tentang objek,
peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi
dan menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory
stimuli) (Rakhmat, 1996: 51).
2. Branca, mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses yang didahului oleh penginderaan (Walgito, 2002: 45).
3. Moskowitz dan Orgel, persepsi merupakan proses yang intergrated dari individu terhadap stimulus ang diterimanya (Walgito, 2007:
46).
4. Epstein dan Roger, persepsi adalah seperangkat proses
dengan mengenali, mengorganisasikan, dan memahami serapan-serapan inderawi yang
diterima dari stimuli lingkungan (Sternberg, 2008: 105).
5. Joseph A. Devito, persepsi adalah proses dengan mana kita
menjadi sadar akan banyanya stimulus yang mempengaruhi indra kita (Mulyana,
2002: 168).
Persepsi bisa disebut
sebagai inti komunikasi, karena jika persepsi tidak akurat tidak mungkin
terjadi komunikasi yang efektif. Jadi arti umum dari persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya.
Tanggapan Menanggap
adalah mereaksi stimuli dengan membangun kesan pribadi yang berorientasi kepada
pengamatan masa lalu, sekarang dan harapan masa lalu yang akan datang. Pada pengamatan
berlangsung perangsang-perangsang. Maka tanggapan adalah kesan-kesan yang
dialami jika perangsang sudah tidak ada. Jika proses pengamatan sudah berhenti
dan hanya tinggal kesan-kesannya saja, peristiwa sedemikian ini disebut dengan
tanggapan.
Definisi tanggapan itu sendiri adalah gambaran
ingatan dari pengamatan. Misalnya berupa kesan pemandangan alam yang baru kita
lihat, melodi indah yang baru menggema, dan lain-lain. Segala
sesuatu yang pernah kita amati atau alami selalu tertinggal jejaknya atau
kesannya didalam jiwa kita. Bekas jejak atau kesan dari luar yang
tertinggal pada kita itu dapat kita timbulkan kembali (Reproduksi) sebagai
Tanggapan. Reproduksi suatu tanggapan itu dari keadaan bawah sadar kedalam ke keadaan
sadar. Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa tanggapan itu adalah
bayangan/kesan kenangan dari apa yang pernah kita amati dan kenali.
Tanggapan disebut latent
(tersembunyi, belum terungkap), apabila tanggapan tersebut berada dibawah
sadar, atau tidak disadari. Sedangkan tanggapan yang disebut aktual, apabila
tanggapan tersebut kiata sadari.
Di samping itu masih ada
faktor yang dapat mempengaruhi proses persepsi, antara lain:
1. Faktor Internal. Terdapat dua sumber yang mempengaruhi keadaan individu
dalam proses persepsi, yaitu berhubungan dengan segi kejasmanian dan segi
psikologis (pengalaman, perasaan, kemampuan berpikir, kerangka acuan, dan
motivasi).
2. Faktor Eksternal
a. Stimulus.
Stimulus yang kurang
jelas akan berpengaruh dalam ketepatan persepsi. Maka agar stimulus dapat
dipersepsi, stimulus harus cukup kuat.
b. Lingkungan atau Situasi
Lingkungan atau situasi
khususnya yang melatarbelakangi stimulus juga akan berpengaruh dalam persepsi
bila objek persepsi adalah manusia.
3. Faktor Fungsional
Faktor fungsional berasal
dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-hal lain yang termasuk apa yang
kita sebut sebagai faktor-faktor personal.
C.
Fantasi
Fantasi
adalah daya jiwa untuk membentuk atau mencipta tanggapan-tanggapan baru dengan
bantuan tanggapan yang sudah ada, dan
tanggapan yang baru tidak harus sama atau sesuai dengan benda-benda yang ada.
Fantasi
sebagai kemampuan jiwa manusia dapat terjadi secara:
1.
Secara disadari, yaitu apabila individu
betul-betul menyadari akan menyadarinya. Hal ini banyak ditemukan pada seorang
pelukis, pemahat, dll. Fantasi
yang disadari sering dibedakan antara fantasi menciptakan dan fantasi yang
dipimpin.
a.
Fantasi
yang menciptakan merupakan jenis fantasi yang menciptakan tanggapan yang
benar-benar baru. Misalnya seorang siswa yang membuat sebuah karangan berdasarkan
fantasinya.
b.
Fantasi
yang dipimpin merupakan jenis fantasi yang dituntun atau mengikuti gambaran
orang lain. Misalnya seorang murid yang membaca cerita kemudian membayangkan
tempat baru berdasarkan cerita yang dibacanya.
2.
Secara tidak disadari, yaitu bila
individu tidak secara sadar telah dituntut oleh fantasinya. Keadaan semacam ini
banyak dijumpai pada anak-anak.
Berdasarkan
caranya, fantasi dibedakan menjadi tiga, yaitu fantasi dengan mengabstraksikan,
mendeterminasikan dan mengombinasikan.
1.
Fantasi
bersifat mengabstraksikan, jika orang berfantasi dengan mengabstraksikan
beberapa bagian, sehingga ada bagian yang dihilangkan.
2.
Fantasi
bersifat mendeterminasikan, jika dalam berfantasi itu sudah ada semacam
bayangan tertentu, lalu diisi dengan gambaran lain.
3.
Fantasi
bersifat mengombinasikan, jika menggabungkan bagian dari tanggapan yang satu
dengan tanggapan yang lain.
D.
Berfikir
Berfikir merupakan salah satu pilihan manusia untuk
mencoba memperoleh informasi. Dalam berfikir, seseorang menghubungkan
pengertian satu dengan pengertian liannya dalam rangka mendapatkan pemecahan
persoalan yang dihadapi. Dalam pemecahan persoalan, individu membeda-bedakan,
mempersatukan dan berusaha menjawab pertanyaan mengapa, untuk apa, bagaimana,
dimana dan lain sebagainya.
Berpikir
merupakan suatu proses mental yang bertujuan untuk memecahkan masalah. Berpikir
meliputi sejumlah besar kegiatan mental. Berpikir juga membutuhkan kemampuan
untuk membayangkan atau menggambarkan benda dan peristiwa yang secara fisik
tidak ada.
Berpikir dapat
didefinisikan sebagai suatu proses yang menghasilkan representasi mental yang
baru melalui transformasi informasi yang melibatkan interaksi secara kompleks,
antara proses-proses mental seperti penilaian, abstraksi, penalaran, imajinasi
dan pemecahan masalah. Misalnya pada waktu seseorang membaca buku, informasi
diterima melalui berbagai tahapan mulai dari proses sensori sampai dengan
memori. Informasi ini kemudian ditransformasikan sehingga menghasilkan apa yang
disebut intisari sebagai informasi baru yang berarti pula sebagai pengetahuan
baru bagi seseorang.
Dalam berpikir
dikenal dengan istilah berpikir kreatif. Orang yang kreatif dalam berpikir
mampu memandang sesuatu dari sudut pandang yang baru, dan dapat menyelasaikan
masalah yang berbeda dari orang pada umumnya.
Berpikir selalu
berhubungan dengan masalah-masalah, baik masalah-masalah yang timbul dari
situasi masa kini, masa lampau dan mungkin masalah-masalah yang belum terjadi.
Proses pemecahan masalah itulah yang disebut dengan proses berpikir. Dalam
memecahkan tiap masalah timbullah dalam jiwa kita berbagai kegiatan, antara
lain :
1.
Pertama
kita mengetahui lebih dahulu apa masalahnya, atau apakah yang kita hadapi itu
suatu masalah.
2.
Bagaimana
masalah itu dapat dipecahkan.
3.
Hal-hal
manakah yang sekiranya dapat membantu pemecahan masalah tersebut.
4.
Apakah
tujuan masalah itu dipecahkan.
Dari kegiatan jiwa yang
disebut di atas ada beberapa faktor yang biasanya tidak dapat ditinggalkan
dalam berpikir. Apa masalahnya, bagaimana memcahkannya, apa tujuannya,
faktor-faktor apa yang membantu. Maka dalam berpikir sering timbul pertanyaan,
apa, mengapa, bagaimana, untuk apa dan sebagainya.
Di antara faktor-faktor
yang disebutkan, tujuan adalah menentukan. Karena kalau orang memandang situasi
itu tidak mengandung masalah, dengan sendirinya tidak memahami tujuan
memecahkan masalah tersebut, kemungkinan besar situasi yang dihadapi tidak
perlu dihadapi dengan berpikir.
Tingkatan suatu masalah
menentukan proses pemecahan yang digunakan. Tidak semua masalah sama tingkat
kesukarannya dan tidak setiap masalah dapat dipecahkan dengan cara yang sama.
E.
Intelegensi
Menurut W. Stern, intelegensi ialah kesanggupan jiwa
untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan cepat dalam suatu situasi yang
baru. Dan menurut V. Hees intelegensi adalah sifat kecerdasan jiwa.
Inteligensi sacara sederhana dapat diartikan sebagai
‘’Kecerdasan’’. Namun, intelegensi hakekatnya adalah kemampuan manusia untuk
berfikir. Kemampuan berfikir manusia itu sendiri berbeda-beda, yaitu ada yang
kemampuan berfikirnya tinggi, sedang, dan rendah. Tingakat kemampuan berfikir
manusia tersebut dipengaruhi oleh beberapa factor diantrannya: factor tingkat
intelegensi yang dimiliki (skor intelligence quotient) ialah berada di atas
normal 110 ke atas, tingkat pengetahuan, dan pengalaman manusia. Manusia yang
memiliki tingkat pengetahuan dan pengalaman yang tinggi cenderung kemampuan
berfikirnya juga tinggi telah ditempa dan diterpa oleh berbagai pengetahuan dan
pengalaman yang menuntut pemikiran.
Berdasarkan hasil
pengukuran atau tes intelegensi terhadap sampel yang di pandang mencerminkan
populasinya, maka di kembangkan suatu sistem norma ukuran kecerdasan sebaran
berikut :
Tingkat intelegensi
|
NO
|
IQ
(INTELLIGENCE QUOTION)
|
KLASIFIKASI
|
|
1
|
140 – ke atas
|
Jenius
|
|
2
|
130 – 139
|
Sangat cerdas
|
|
3
|
120 – 129
|
Cerdas
|
|
4
|
110 – 119
|
Di atas normal
|
|
5
|
90 – 109
|
Normal
|
|
6
|
80 – 89
|
Di bawah
normal
|
|
7
|
70 – 79
|
Bodoh
|
|
8
|
50 – 69
|
Terbelakang
(Moron/Debil)
|
|
9
|
49 – ke bawah
|
Terbelakang
(Imbecile/ dan Idiot)
|
Inteligensi juga
didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi dan
masalah baru. Orang berpendapat bahwa inteligensi merupakan salah satu faktor
yang menentukan keberhasilan belajar seseorang.
Menurut
Sternberg dalam triarchic theory of intelligence (Elliott,
dkk, 1999) terdapat 3 elemen dalam inteligensi:
1.
Componential. Merupakan kemampuan untuk berpikir abstrak,
memproses informasi, serta menentukan apa yang perlu dilakukan
2.
Experiental. Merupakan kemampuan belajar dari pengalaman,
sehingga dapat digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas familiar secara
efisien.
3.
Contextual. Merupakan kemampuan individu untuk beradaptasi
dengan lingkungan dalam memecahkan masalah pada situasi khusus. Sering disebut
sebagai inteligensi praktis.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Aktivitas kejiwaan
yang berhubungan dengan psikologi pendidikan adalah pengamatan, tanggapan, fantasi,
ingatan, pikiran, perhatian, perasaan, kemauan.
Persepsi adalah
tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya.
Fantasi adalah daya jiwa untuk membentuk atau
mencipta tanggapan-tanggapan baru dengan bantuan tanggapan yang sudah ada, dan tanggapan yang baru tidak harus sama
atau sesuai dengan benda-benda yang ada.
Berfikir merupakan suatu proses yang menghasilkan representasi mental
yang baru melalui transformasi informasi yang melibatkan interaksi secara
kompleks, antara proses-proses mental seperti penilaian, abstraksi, penalaran,
imajinasi dan pemecahan masalah.
Intelegensi ialah kecerdasan
jiwa dan kesanggupan jiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan cepat
dalam suatu situasi yang bersifat baru.
B.
SARAN
Agar mewujudkan manusia yang bisa dibilang berbeda dengan yang
lain seharusnya manusia memulai untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada,
baik itu potensi akademik maupun nonakademik. Perlu adanya sarana prasarana
untuk menunjang semua hal tersebut, perbaikan gizi dan perbaikan mental sangat
diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Sugihartono, dkk, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta : UNY Press, 2013.
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak & Remaja, Bandung : PT Remaja
Rosydakarya, 2012.
Desmita, Psikologi
perkembangan, Bandung: PT Remaja Rosydakarya, 2012.
Sagala, Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta. 2005.
Sarwono, Sarlito W, Pengantar psikologi umum, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2010
Agus Sujanto, Psikologi
Umum, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Muhibbin
Syah, Psikologi Pendidikan
dengan Pendekatan Baru, Bandung :
PT Remaja Rosdakarya, 2010.
Komentar
Posting Komentar